Friday, September 28, 2007

KebahaGIAaN BelaHaN JiwA

Pagi ini, begitu cerah...

Tadi waktu di atas motor bareng suami, aku sempat mendongakkan kepala ke atas....

Melihat indahnya langit pagi ini...

Hamparan awan putihnya bagai lukisan gerombolan domba-domba yang dikembala...

Berarak mengikuti kemana arah angin berhembus....

Dibalik sekawanan domba putih, muncul sang mentari

Sinarnya yang kuat dan berwarna emas, mengisyaratkan bahwa hari akan sangat terik



Bahagianya, tadi di rumah, buah hatiku, nasywa, melepas papa dan mama bekerja dengan wajah sumringah...

Padahal, dia baru saja bangun dari tidur pulasnya

"Dadah mama, dadah papa", ucapnya tadi pagi saat papanya mulai memacu laju motor

Hatiku pun berbunga-bunga

Si kecil melepasku dengan binar di mata bundarnya



Papa, bersama mu di atas motor, memegang erat pinganggmu

Di bawah pancaran matahari pagi yang belum sempurna hangatnya

Sungguh indah.....



Ada cerita bahagia pagi ini :

"Ma, tahu ayahnya Pak Atmo kan? Yang sering negur kalo lewat sini?

Tadi malam, saat sholat tarawih dia bilang ke papa,:



'Jangan pindah kenapa pak iwan, saya sudah senang punya teman ngobrol'

'Kalau pak iwan pindah, saya gak punya teman ngobrol lagi'



"Sedih juga dengarnya Ma. Sekaligus senang udah bisa menyenangkan orang lain", ucapmu saat itu...Papa memang suka ngajak bapak itu seloroh. Ntar kalo kita jadi pindah, papa pengen belikan kenang-kenangan buat Bapak itu ya Ma", pintamu.



Tentu saja boleh pa. Mama senang melihat papa begitu bahagia.

Membuat orang lain bahagia, indahnya memang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Menjadi berarti dan bermakna memang membahagiakan



Subhanallah....semenjak tinggal di perumahan, begitu banyak hal yang papa dapatkan, Alhamdulillah....

Mama teringat juga percakapan kita seminggu sebelumnya. Papa cerita, kalau teman-teman tukang kebun juga mengatakan hal yang sama....

Begitulah pa, orang-orang seperti mereka pun mampu membuat kita bahagia...

Semoga mereka dimuliakan oleh Allah ya pa......Amin

Ah......sepertinya hari ini benar-benar akan sangat indah....:D


Rumbai, 28 September 2007

Wednesday, September 19, 2007

Dakwah dan Sabar

Bismillahirrahmannirrahiim

Berawal dari perbincangan panjang dengan suami tercinta tentang obrolannya dengan seorang teman. Sampai akhirnya saya tertidur dengan banyak pertanyaan dan jawaban yang saya simpulkan sendiri.

Nah, pagi tadi, teringat materi blognya pak eman. Katanya saat ada ide yang mau ditulis, maka langsung tulis, apapun. Maka jadilah tulisan ini pagi tadi.:P
Asal dan tak terstruktur, tapi semoga ada manfaatnya, paling tidak bagi saya pribadi. Karena apa yang saya tulis adalah pergumulan batin dalam diri, karena ketidaksempurnaan yg saya miliki. Ya, intinya ini adalah cara saya melecut diri saya sendiri.
Mengapa saya tulis, karena saya tipe yang tdk setia ingatannya, sehingga dengan ditulis, bisa saya buka, kapanpun ruhani saya membutuhkannya.

Tentunya isinya mungkin masih banyak yg harus dibenerin, maklumlah yang nulis ilmunya sedikit :)
Sekali lagi hanya ingin berbagi, meski awalnya khawatir salah, tapi kalo khawatir terus, kapan mulainya...:)

Jika ada kata2 yang kurang berkenan dan seperti menggurui, mohon maaf ya, tidak ada maksud sedikit pun, karena sesungguhnya tulisan ini saya tujukan buat diri saya pribadi.

================================================================

Sabar adalah kata yang mudah diucapkan namun sangat sulit untuk diaplikasikan. Bagaimana tidak, untuk menjadi orang yang sabar, diperlukan keahlian khusus dalam mengontrol dan memanage diri. Namun tentu saja potensi untuk menjadi orang yang sabar ada dalam diri tiap hamba Allah. Karena Allah SWT telah berfirman bahwa dalam diri umatnya telah disebarnya semua sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk. Tinggal manusianya saja yang akan memilih, akan mengembangkan sifat yang baik atau yang buruk.

Allah maha adil. Tidak ada seorang hamba pun di dunia ini yang terlahir hanya memiliki sifat buruk. Sifat mana yang akan menonjol ditentukan dari ketekunan seorang hamba mengasah dan menggali potensi sifat-sifat baik yang ada di dalam dirinya.

Lihatlah sang teladan kita, Rasul kesayangan Allah, Muhammad SAW, bagaimana setiap kisah dalam Hadist menggambarkan kesabaran yang luar biasa dari seorang hamba yang menjadi utusan dan kekasih Illahi. Bagaimana Nabi besar kita ini mampu menarik hati orang-orang yang sebelumnya kafir menjadi beriman dengan segala sifat baik yang terpancar dalam setiap gerak maupun tutur katanya. Termasuk sifat sabar.

Kita mungkin pernah mendengar suatu kisah dimana Nabi pernah disakiti bahkan diludahi, namun Nabi tidak pernah membalas semua perbuatan itu dengan perbuatan kasar yang sama. Justru pada saat orang yang menyakitinya sakit, Nabi adalah orang pertama yang menjengguknya. Begitulah Nabi Muhammad, dengan segala kelebihan yang memang diberikan Allah kepadanya untuk menjadikannya teladan bagi umat yang lain. Nabi tidak hanya menyebarkan agama Allah pada orang-orang yang memang sudah punya watak yang baik sehingga mudah untuk diajak masuk Islam, namun Nabi juga mengajak orang-orang golongan preman dengan cara-cara pendekatan yang sungguh luar biasa. Keteladanan sifat Nabi inilah yang akhirnya meruntuhkan dan mencairkan gunung es dalam hati orang-orang kafir untuk bergabung bersama dengan Nabi merasakan indahnya agama Allah.

Bagitulah dakwahnya Nabi, penuh dengan keteladanan. Dan berkat usaha yag sedemikian hebat, mayoritas penduduk dunia adalah beragama Islam. Dan tentunya pada masa kini pun, menjalankan dakwah seharusnya berpegang erat pada sifat-sifat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena cara yang ditempuh oleh Rasul telah terbukti keampuhannya.

Menjadi seorang pen-dahwah (da’i maupun dai’ah) tentunya tidak gampang. Karena kisah Rasulullah pun telah menunjukkan betapa sulitnya berdakwah. Cobaan, rintangan, onak dan duri pasti ada dalam menapaki jalan lurus jihad yang bernama dakwah demi melestarikan agama yang suci ini, tentunya dengan mengharap ridho dari Illahi Rabbi. Tentu saja cobaannya tidak semua sama dengan apa yang dulu di hadapi oleh Rasulullah. Karena dulu Rasul memulainya dari zero, meyakinkan umat akan kebenaran ajaran yang disampaikannya. Sementara sekarang, bisa dibilang seorang pendakwah tidak harus memulai dari zero, karena banyak umat manusia sudah mengenal dan memilih Islam sebagai agamanya. Tinggal bagaimana membuat umat muslim dan muslimah mampu menjalankan nilai ajaran-ajaran Islam dengan sebaik-baiknya , sehingga tercermin dalam sikap hidupnya.

Walau demikian, saya yakin bahwa walau cobaannya berbeda, namun cara Rasulullah tetap adalah cara yang paling ampuh dan tepat untuk menghadapinya. Memang kita bukan Nabi atau Rasul, yang memang dipilih oleh Allah untuk menjadi teladan bagi yang lain, tapi sekali lagi, potensi baik yang dimiliki Rasulullah pun sama diberikan oleh Allah kepada kita semua. Jadi, seharusnya mencari alasan untuk tidak mengikuti cara Rasul karena kita adalah manusia biasa, rasanya tidak berdasar.

Dalam berdakwah, bisa jadi kita adalah tipe pemilih. Maksudnya, kita kadang hanya mau berdakwah pada orang-orang yang menurut kita mudah dan mau untuk diajak. Sementara, jika ada orang-orang yang tipenya keras kepala dan sulit untuk diberi pengertian, maka kita akan merasa tidak perlu untuk menariknya ikut dalam melakukan kebajikan. Padahal, jika saja Rasul melakukan hal yang sama, rasanya tidak mungkin dunia ini akan penuh dengan muslim dan muslimah J

Pernah dengar kisah tentang seseorang yang sangat alim, namun dianggap tidak lulus ujian karena menghardik dan merendahkan seorang wanita penghibur? Saya sendiri tidak begitu ingat cerita sebenarnya, tapi kira-kira begini ceritanya : ada seorang lelaki yang sangat alim, dia benar – benar bertingkah laku sebagaimana orang yang taat pada Allah. Suatu hari ada seorang nenek yang ingin menguji iman lelaki ini. Maka sang nenek mengutus seorang wanita penghibur untuk menggodanya. Begitu si wanita mendekat, maka murka lah si lelaki dengan mengucapkan sumpah serapah pada si wanita. Dan di sinilah oleh sang nenek, si lelaki dianggap tidak lulus ujian. Mengapa? Karena, seharusnyalah sebagai seorang yang alim, dia tidak seharusnya menghardik dan menyumpah seorang wanita penghibur, yang notabene memang adalah orang-orang yang tidak berada dijalan yang lurus. Justru seharusnya, ia menjadi jalan bagi si wanita untuk menjadi orang baik-baik. Seharusnya ia “merangkul” si wanita tadi agar menyadari kesalahannya, bukan justru semakin membuat si wanita tidak ingin berada dalam kebenaran, karena menyaksikan tingkah seorang alim yang demikian.

Kasus yang mirip – mirip seperti ini pun mungkin banyak terjadi di sekeliling kita. Saya sendiri pernah mengajak seseorang untuk ikut dalam sebuah liqo’, namun ditolak mentah-mentah. Katanya, untuk apa dia ikut liqo’, lihat aja tuh orang-orang yang ikut liqo’ tetep aja gak bener. Dan ada lagi, saya pernah baca diblog seorang teman, yang temannya sampai saat ini pun masih menganggap bahwa orang-orang pengajian banyak yang munafik, sehingga dia tidak ingin masuk di dalam komunitas tersebut. Astaghfirullah. Tapi saya pribadi tidak menyalahkan mereka sepenuhnya, bahkan bisa jadi saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan, karena sejujurnya, sedikit banyak saya pun pernah merasakan hal yang sama. Mungkin hal yang sama pun terjadi pada anda.

Namun, syukur Alhamdulillah, kata-kata seorang teman benar-benar menjadi penyejuk dalam hati saya yang pernah kering. Katanya “Jangan sampai kekecewaan kita pada manusia, menghalangi kita dari mencari ilmu Allah”. Subhanallah, sungguh kata-kata yang bijak.

Lama sempat saya merenungi kata-kata tersebut. Sampai akhirnya saya berkesimpulan, bahwa kita semua adalah manusia, dengan potensi baik dan potensi buruk. Bahwa iman seseorang juga sangat fluktuatif, kadang tinggi dan kadang rendah. Nah, bukankah seorang pendakwah juga adalah manusia biasa, yang juga bisa berbuat kesalahan, sama seperti diri kita sendiri? Mereka kan bukan malaikat, yang tidak mungkin melakukan kesalahan. Maka adalah hal yang sangat wajar, jika suatu kali kita melihat mereka melakukan “kesalahan”. Dan lagi saya menyadari (dari pengalaman pribadi J) bahwa mengikuti liqo’ atau apapun namanya, tidak menjamin seseorang menjadi orang yang takwa. Mengikuti liqo’ pasti menambah ilmu, tapi mungkin taat dan takwa belum tentu, tergantung aplikasi dari ilmu yang didapat. Dan bukankah yang kita cari itu adalah ilmu Allah. Berarti setiap kita mendengar ceramah ustadz sekaliber AA Gym sekalipun, seharusnya ilmu Allah yag disampaikannyalah yang kita kagumi, bukan AA gym nya. Sehingga, jika suatu saat kita merasa Aa Gym melanggar nilai-nilai yang pernah dia katakan, kita tidak akan kecewa berat. Karena kita tau, nilai – nilai yang diajarkan adalah ilmu Allah, yang tidak akan ternoda sedikitpun hanya karena penyampainya melakukan kesalahan. Berguru ilmu kan bisa kepada siapa saja. Ambil ilmu yang baik dan benar, buang hal-hal jeleknya.

Tapi memang tetap saja, bahwa seharusnya seorang pendakwah sekuat mungkin berusaha menanamkan nilai-nilai yang disebarnya kepada orang lain kepada dirinya sendiri. Memang sangat sulit ya, coz easy to say, but difficult to do. Tapi emang harus kali ya. Soalnya menjadi penceramah ada 2 pilihan, pilihan pertama hanya didengar dan dikagumi, pilihan kedua didengar, dikagumi dan diikuti. Tentu saja seorang pendakwah sejati seharusnya mempunyai tujuan dengan pilihan kedua yang otomatis mendorong dirinya untuk mampu menjadi teladan bagi orang lain.

Sekedar contoh, bagaimana orang-orang pada mau mengikuti ajakan kita, kalo pas ketemuan di jalan kita tidak pernah menunjukkan sifat-sifat yag baik, yang paling mudah deh, senyum atau sekedar meng-klakson misalnya. Percaya gak, bahwa hal-hal kecil seperti itu pun akan mempengaruhi penilaian orang terhadap orang lain. Ya, kalau niat kita ingin berdakwah, berarti harus mampu merangkul orang-orang yang menjadi sasaran dakwah kita kan. Kalau mereka menilai kita alim tapi sombong setengah mati, apa menurut kita, secara logis aja, mereka mau mengikuti ajakan kita? Ini mungkin yang menjadi salah satu penyebab ketidakberhasilan kita merangkul orang lain. Hal sepele yang bisa berakibat sangat besar. Ini menunjukkan bahwa dalam berdakwah bukan ilmu saja yang harus dimiliki, melainkan juga “ilmu” sosial alias bagaimana beradaptasi dan berhubungan dengan lingkungan sekitar kita.

Kadang memang, ilmu yang lebih dari orang lain bisa menimbulkan rasa riya dalam diri. (Astaghfirullah). Dari yang pernah di sampaikan, bahwa riya itu bukan hanya yang tampak (perkataan or perbuatan) tapi sampai yang hanya terbersit dalam hati. Digambarkan bahwa riya itu seperti semut hitam di batu hitam di malam yang gelap, sangat tersembunyi. Rasa riya ini yang kadang juga menjadikan kita tinggi hati, merasa harusnya orang yang menegur dan berguru kepada kita. Padahal Rasulullah tidak pernah mencontohkan berdakwah dengan cara demikian.

Kembali mengenai sabar, Rasulullah juga mengutamakan sifat sabar dalam berdakwah. Tidak ada dalam catatan sejarah tinta emas perjuangan Rasulullah dalam berdakwah yang tercoreng dengan ketidaksabaran. Padahal bani israil begitu hebatnya dalam bersilat lidah untuk mencari-cari kesalahan Rasulullah, tapi Rasulullah tetap dengan sabar menunjukkan bukti-bukti kebenaran ajaran Allah. Begitu juga pada masa sekarang, pasti ada orang-orang yang tidak mudah untuk dipengaruhi dan keras kepala (àseperti saya L) dan mungkin itu salah satu tantangan seorang pendakwah, untuk selalu menaburkan kesabaran dalam usahanya merangkul dan mengajak orang lain untuk melakukan kebajikan. Bukan dengan menjauhi mereka. Kata pepatah, api tidak bisa dilawan dengan api, malah akan memperbesar kobarannya. Namun api harus dilawan dengan air, sehingga panasnya akan padam oleh dinginnya air.

So…teman-teman pendakwah, semoga mampu menjadi teladan bagi yang lain, sehingga bisa merangkul lebih banyak orang dengan lebih banyak karakter, sehingga Islam semakin jaya. Memang hampir tidak mungkin menyamai Rasulullah, tapi setiap kita diberikan kemampuan untuk bisa mengusahakan yang terbaik yang kita punya untuk menuju kearah keteladanan sang Rasul, Insya Allah. Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran…….Love u, sist……


Mari saling mendoakan agar sama2 menjadi lebih baik
Rumbai, 20 September 2007

Sunday, September 16, 2007

haNYa CiNtA YanG BiSa

" hanya cinta yang bisa menaklukan dendam
hanya kasih sayang tulus yang mampu menyentuh
hanya cinta yang bisa mendamaikan benci
hanya kasih sayang tulus
yang mampu menembus ruang dan waktu
jangan lagi kau pergi dari hidupku
tak kan mudah untukku bila sendiri
biar kita miliki rasa bahagia
ingin selalu bersama
didalam ruang dan waktu "
Jangan tinggalkanku Ya Rab....
Jangan tinggalkan Keluargaku Ya Rab....
Tunjukkan selalu kami jalan yang benar, jalan yang Kau ridhoi

++ ALLaHu AkbaR ++

'Antara musibah dan penderitaan adalah berbeda, sebagai contoh, orang yang terkena musibah kehilangan sendal bisa jadi lebih menderita daripada orang yang kehilangan kedua kakinya. Karena yang kehilangan sendal menggerutu, mencaci dan memaki, sehingga hatinya menjadi semakin sakit dan menderita. Sementara yang kehilangan kaki, justru menyadari bahwa musibah adalah ketentuan Yang Maha Kuasa, sehingga ia mengucapkan "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un". Dia menyadari bahwa sesungguhnya semua yang dimilikinya adalah milik Allah SWT, dan kepada Allah jualah semuanya akan kembali......'
Demikian ungkapan seorang Ustadz, kata-kata yang sedikit banyak membuatku terpana dan membenarkannya dalam hati, meski sulit sekali tentunya menjadi hamba yang benar-benar ikhlas dalam menjalani musibah. Begitulah kebanyakan sifatnya kita manusia, lebih mudah bagi kita mengeluarkan umpatan, keluhan saat sesuatu yang tidak nyaman menghampiri kita, dibandingkan mengucapkan kata-kata yang baik atau sekedar mengelus dada. Padahal, saat kita mengeluarkan "isi kamus" kita itu, bukan tidak banyak energi yang kita buang, mulai dari berkata-kata hingga ke pembentukan ekspresi raut wajah kesal. Justru saat kita berusaha untuk lebih sabar dan "nrimo", tidak banyak energi yang terbuang, karena tidak perlu mengucapkan banyak kata, bahkan mungkin tidak perlu kata-kata, cukup mengucapkannya dalam hati. Perasaan nrimo tentunya tidak membutuhkan efek raut wajah khusus yang memerlukan banyak energi.......:)
Begitu indahnya Islam mengajarkan umatnya untuk bersabar. Bahkan "Innallaha Ma'asshabiriin" Allah itu bersama orang-orang yang sabar. Aku kembali merenung, alangkah seringnya aku dalam posisi yang kurang sabar dalam menyikapi berbagai masalah dalam hidupku. Duh Allah.......kenapa sulit sekali untuk bersabar.
Ada satu ayat yang dibacakan oleh Ustadz yang lain, aku lupa surat dan ayatnya, tapi kira2 bunyinya begini "Maka keluarkanlah sebahagian dari harta yang telah Ku berikan kepadamu". Begitu kata Allah. Dengarlah, Allah menyuruh kita untuk mengeluarkan sebagian dari harta yang sudah diberikan-Nya untuk kita, bukan mengeluarkan dari apa yang belum diberikan-Nya. Sungguh seandainya kita mau sadar, Allah tuh gak pernah zalim ama umat-Nya.
Deggg....kembali aku merenung dan coba mengingat dan menerka-nerka......apa aku sudah mengeluarkan sebagian harta yang seharusnya aku keluarkan? Apa sudah cukup ? Rasanya belum........:( AMpun Ya Allah.......
" Mata, hati, tangan, kaki akan jadi saksi......
Tiada dusta diri yang tak terhakimi.......
Luka, sepi, airmata tak berarti lagi......
Akan terlambat segala sesal di waktu......nanti....."
Astaghfirullah....Astaghfirullah......Astaghfirullah.....
Ya Allah, berikan jalan dan mudahkan jalan bagi hamba-Mu ini menjadi hamba yang lebih baik, amin.
Allah Maha Tau.....Allah Maha Kuasa....
Aku berlindung kepada-Mu Ya Rabbi.....
Rumbai, 8:37

Wednesday, September 12, 2007

My LittLE PrinCreSs....aGaiN !!!


Nak......you're ReaLly My swEetY LittlE PrinCess !!!

Subhanallah.........sayang mama, kamu bener-bener semakin hari semakin pinter ya nak...
Tadi malam tuh buktinya.....:)
Yang biasanya nyanyi cuma ujung-ujungnya.....tapi tadi malam gak lagi...
Nasywa dah nyanyi dengan lengkap...walau masih dengan pengucapan yang kadang bikin mama dan papa tertawa geli.....

Tupi aya tunta....
Tunta tupi aya...
Oyo idak tunta...
Ukan tupi aya...

Wuah.....mama dan papa langsung deh tepuk tangan senang nak.....
Lagu naik-naik yang masih banyak kata yang ilang.....tapi mama yakin, gak lama lagi....:)

Ya Rab, Puji syukur atas segala nikmat yang telah Engkau karuniakan pada keluargaku...
Ya Rab, bantu kami untuk selalu mampu mempertahankan keindahan ini di jalan Mu...
Jangan Engkau ambil nikmat ini ya Allah......

Segala puji bagi Mu atas segala jalan hidup yang Engkau pilihkan untukku...
Berikan aku bimbingan dan kemudahan Ya Rab, untuk selalu mendapatkan pilihan terbaik dalam hidupku...
Sungguh, Engkau Maha Mengetahui apa yang nampak dan apa yang tersembunyi...
Aku berlindung kepada Mu Ya Allah atas segala bala, marabahaya, niat buruk orang lain, kejahatan tersembunyi dan yang tampak....
Sungguh Engkau Maha Pengatur dan Maha Bijaksana...

Ya Allah, berikan rezki yang lebih baik pada suamiku...
Muliakanlah dia di sisi Mu....dan angkat derajatnya di sisi hamba-hambamu.....
Jadikan dia pemimpin yang mampu membawa keluarganya pada jalan menuju Jannah Mu, Amin...



Cinta yang selalu tercurah bagi papa dan nasywa....
Rumbai , 10:50 wib

Wednesday, September 5, 2007

DaLaM MihraB CiNtA

Belakangan aku jadi penggemar buku-bukunya Habiburrahman El shirazy. Gaya bahasa yang asyik untuk dinikmati dengan cerita yang menurutku luar biasa. Cerita – cerita yang disuguhkan, membuat aku semakin terkagum-kagum dengan jalan kehidupan yang kadang dipilihkan Sang Maha Kuasa untuk umatnya. Berikut aku buat sedikit synopsis dari ke-3 novelet yang ada di buku ini. Selamat membaca dan semoga manfaat ya.

=== Takbir Cinta zahrana ===

Menurut penulis, cerita ini sebagiannya diambil dari kisah nyata. Inti cerita adalah tentang indahnya ketegaran dan ketulusan di jalan Allah. Dari cerita ini, penulias mencoba me-muhasabah-I tindakan orang-orang seperti Zahrana yang lebih mementingkan karier akademik dibandingkan karier membangun rumah tangga dan membina generasi. Menurt penulis, karier akademik memang penting, namun membangun rumah tangga dan membina generasi tak kalah petingnya. Dan alangkah baiknya jika keduanya berjalan seiring seirama.

Ceritanya dalah tentang sosok wanita bernama Zahrana, seorang staf pengajar di sebuah Universitas swasta terkenal di kota Semarang. Zahrana walaupun sukses sebagai wanita karier, namun belum juga menemukan jodoh di usianya yang semakin senja. Sudah banyak pelamar yang ditolaknya dengan berbagai alasan. Ketika ia sudah ikhlas menerima siapapun sebagai pendamping hidupnya, asal baik agamanya, ia justru dihadapkan pada lamaran seorang Dekan Fakultas Teknik (fakultas di mana ia bekerja sebagai dosen), Pak Karman, seorang duda yang dikenal suka mengencani mahasiswi secara diam-diam.
Penolakan zahrana terhadap pinangan Pak Karman berbuntut sangat panjang. Mulai dari resiko dipecat dengan tidak hormat (tapi zahrana justru lebih dulu mengundurkan diri), sampai dengan pembunuhan yang dilakukan Pak Karman kepada pria yang berniat menikahi Zahrana.
Dalam kesedihan zahrana karena tidak jadi menikah (calonnya meninggal tertabrak kereta api akibat dari Pak karman di hari pernikahannya) ternyata Allah memberinya jalan lain. Seorang mantan mahasiswanya yang akan meneruskan kuliah ke Malaysia bernama Hasan, meminta ibunya untuk meminang Zahrana. Meski kaget, akhirnya karena keyakinan yang ditunjukkan Ibu Hasan atas pinangan anaknya itu pun akhirnya diterima zahrana dengan syarat. Yakni Hasan dan keluarga diminta Zahrana untuk langsung menikahinya di masjid dekat rumahnya yang hanya dihadiri oleh kerabat dekat. Karena zahrana tidak ingin Pak Karman kembali melakukan aksinya untuk mencelakai Hasan. Pernikahan yang dilakukan di malam kedua bulan Ramadhan itu pun berjalan dengan mulus. Malam itu pun menjadi malam kesaksian Zahrana atas Tasbih, Tahmid dan Takbir Cinta yang didendangkan Allah kepadanya.


=== Dalam Mihrab Cinta ===

Novelet ini ternyata belum utuh, baru setengah alurnya yang diceritakan di buku ini. Penulis mengatakan bahwa roman sebenarnya masih dalam proses pematangan. Kita tunggu ya, karena ceritanya seru lho.

Cerita berawal dari sebuah pesantren Al-Furqon bertempat di Kediri Jawa Timur. Seorang santri bernama Syamsul, anak dari seorang pengusaha batik yang kaya, dituduh mencuri uang salah seorang santri bernama Burhan dan dikeluarkan dari pesantren tersebut. Sebenarnya Syamsul tidak mencuri, Burhanlah yang memfitnahnya. Ketika kembali ke keluarganya, Syamsul kembali mendapat hujatan karena dianggap mencoreng nama keluarga. Akhirnya ia memilih hidup di jalanan. Kesulitan keuangan yang dihadapinya membuatnya menjadi seorang pencuri sungguhan. Karena masih amatiran, ia pun tertangkap polisi dan dipenjara. Berita tersebut terdengar ke telinga keluarganya, semakin bencilah keluarganya kepadanya.

Keluar dari penjara, karena tidak jua mendapatkan pekerjaan, Syamsul kembali mencopet. Dompet yang dicopetnya adalah dompet seorang mahasiswi yang ternyata berpacaran dengan Burhan, teman yang memfitnahnya. Padahal setaunya Burhan sudah bertunangan dengan wanita lain. Dari situ, Syamsul membuat rencana untuk membalas dendam kepada Burhan. Jalan yang diberikan Allah untuknya benar-benar ajaib, ditengah usahanya mendekati keluarga si cewek, ia justru menjadi guru ngaji dari anak tetangga cewek tsb. Cerita bergulir sampai akhirnya ilmu yang ia dapatkan di pesantren benar-benar terpakai olehnya. Setelah menjadi guru ngaji, ia pun sering di percaya menjadi imam di masjid daerah perumahan elit itu, dan mendapatkan gaji yang tidak kecil. Sehingga akhirnya ia mampu hidup berkecukupan. Dia juga diminta untuk mengisi ceramah pagi di stasiun Tv swasta terkemuka, ia juga menelpon ke pesanterennya dulu meminta mereka menontonnya, namun ia merahasiakan identitasnya.

Dari Koran ia tau bahwa Burhan sudah dikeluarkan dari pesantren karena terbukti mencuri, berita tsb disampaikannya kepada ayah dari calon tunangan Burhan, sehingga pertunangan tersebut pun batal. Dan si wanita, Silvie, justru terpikat pada kealiman Syamsul. Kisah cinta mereka ada di edisi romannya yang segera diluncurkan.

=== Mahkota Cinta ===

Kisah tentang seorangpria Indonesia yang bernama Zul, yang mencoba peruntungan di negeri Jiran, Malaysia. Dalam perjalanannya ke Malaysia ia bertemu dengan seorang wanita bernama Mari yang membantunya memberikan tempat tinggal sementara. Setelah menemukan alamat orang yang ditujunya, ia pun pindah. Dari sesame perantau asal Indonesia, Zul mendapatkan motivasi untuk meneruskan kuliahnya di Universiti Malaya. Singkat cerita, Zul mengagumi kebaikan hati Mari dan akhirnya mencintainya. Saat ia memutuskan untuk meminang Mari, ternyata ia dapati kabar bahwa Mari ditangkap oleh kepolisian di Raja Malaysia karena terbukti menggunakan obat-obatan terlarang dan menjadi pelacur. Kepedihan hati Zul ini membuatnya melupakan Mari dan semangat untuk menyelesaikan kuliahnya. Oleh Pak Rusli (yang dikenalnya di Malaysia), ia dijodohkan oleh seorang wanita bergelar doctor bernama Datin Laila. Namun ternyata mereka tidak berjodoh karena Datin Laila sudah menerima seorang lelaki yang ditawarkan oleh kakak kandungnya.
Dalam kekecewaannya, namun tetap berprasangka baik kepada Allah, Zul kembali ke Yogyakarta. Sesampainya di sana ia langsung meminta tolong kepada Pak Muslim untuk mencarikannya jodoh. Lewat istri Pak muslim yang aktivis dakwah, akhirnya Zul akan dipertemukan dengan seorang wanita, yang menurut istri Pak Muslim adalah Muslimah yang taat. Tak disangka, ternyata wanita itu adalah Mari, yang dulu dikenalnya dalam perjalanan ke Malaysia. Pertemuan itu begitu mengharukan, dimana Mari menceritakan apa yang sebenarnya terjadi saat penggerebekan polisi Malaysia di kontrakannya. Ternyata Mari tidak melakukan apa yang dituduhkan padanya. Dan ternyata lagi, Datin Laila yang sempat dikenalkan kepada Zul ternyata adalah teman Mari Kuliah di Malaysia, stu hal yang tak pernah diketahui Zul, karena dulu Mari hanya mengaku sebagai TKW. Lalu Pak Muslim pun cerita tentang kesedihan Zul akibat kabar yang didengarnya tentang Mari. Akhirnya mereka pun berniat menikah secepatnya, beribadah bersama, saling mendukung dan menguatkan dalam mahkota cinta yang terbangun atas iman dan takwa.
Rumbai, R-230

Friday, August 24, 2007

ReNungaN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

"De'... de'.... Selamat
Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku.
"Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur
kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang
terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.

Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun.
Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima
bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa.
Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku
semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua
seperti biasa.
Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi,
terakhir bibirku.
Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari
istimewaku.
Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku
seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali
berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan
mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik
hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang
tahunku.
Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih
dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke
mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis
saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resort di malam dan
hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala
kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai
kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De.... Ade kenapa?" tanya suamiku
dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu
membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam
sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada
tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu
enggan disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..."
bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih
kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.

Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu.
Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur.
Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang
menggenang.

"Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini.
Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke
lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan
bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu
bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang
diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba
aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak
bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin
aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan
siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya.
Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di
hadapanku.
Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu
pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya
karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya.
Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan
menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan
dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran
kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget,"
bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang
sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih
surga-Nya.
Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu
ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku
mama...." bisikku dalam cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yang
perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. "Kamu
yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang
selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian
tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan
kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang
pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku
akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke,
fasilitas-fasilitas . Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia.
Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan
nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan
untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat
kami baru menikah...

" Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..."

**********************************************************************************
Pa, itu juga yang mama sadari setiap kali merenungkan perjalanan hidup yang pernah kita tempuh...
Papa selalu setia dan sabar menghadapi mama....(semoga takkan berubah selamanya ya pa....)
Dan mama pun akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi pendamping yang baik
Papa sudah menjalani peran papa dengan sangat baik saat mama merasa terpuruk oleh keadaan
Dan mama pun, akan selalu berusaha berada di samping papa, apapun keadaannya, Insya Allah

Semoga Allah, selalu melimpahkan kasih sayang-Nya pada keluarga kita ya pa...
Sehingga kasih sayang papa ke mama, mama ke papa, kasih sayang kita ke nasywa, dan kasih sayang nasywa pada kita gak akan pernah luntur selamanya....

Allah, adalah pemilik cinta yang kekal....
Jika kita istiqomah untuk berada di bawah naungan cinta-Nya...
Semoga ke-kekalan itu pun mengalir pada cinta kita, Amin....



Jum'at, 24 Austus 2007
Mama kangen papa, kangen nasywa